Kekuasaan Khilafah Utsmaniyah di Turki adalah kekuasaan pemerintahan Islam yang wilayah kekuasaannya membentang luas, termasuk sampai ke Palestina yang pada masa lalu menjadi wilayah yang berada di bawah kekuasaanya. Turki Utsmani juga menjalin hubungan dengan kesultanan-kesultanan Islam di Asia Tenggara, termasuk dengan kesultanan di Naggroe Aceh Daarussalam. Hubungan itu terjalin begitu erat, baik hubungan dagang maupun hubungan politik. Tak heran, jika pada masa lalu, pemerintah kolonial Belanda juga berusaha memutus mata rantai hubungan antara kesultanan di Aceh dengan Turki. Itulah sebabnya pada masa lalu, pemerintah kolonial Belanda berusaha memutus mata rantai hubungan persaudaraan umat Islam dari berbagai belahan dunia, dengan kampanye mengenai bahaya "Pan-Islamisme."
Pada masa lalu Khilafah Utsmaniyah di Turki dianggap sebagai batu penghalang bagi imprealisme Barat dan gerakan Zionisme yang berusaha mendirikan Juden Staat (negara Yahudi) di tanah Palestina yang menjadi wilayah kekuasaan Turki. Karena itu, Zionisme menggagas der Juden Staat, Inggris mendukung penuh, sebagaimana kemudian terlihat dalam Perjanjian Balfour. Sehingga pada 15 Mei 1948 sebuah negara ilegal kaum Yahudi berdiri di tanah kaum muslimin Palestina.Sebelumnya, pada tahun 1924, Khilafah Utsmaniyah di Turki berhasil ditumbangkan dengan menyusupkan kader-kader Freemason dalam menggerakan Revolusi Turki Muda (Young Turk Movement) pada 1908.
Konspirasi untuk meruntuhkan kekuasaan Islam di Turki dilakukan secara gencar. Di antaranya menyusupkan sebanyak 50.000 Yahudi Dunamah dari Salonika, sebuah wilayah yang sekarang menjadi bagian Yunani Timur, ke dalam Gerakan Persatuan dan Pembangunan yang bertujuan merongrong kekuasaan Sultan Abdul Hamid II. Pada waktu itu, Sultan Abdul Hamid dikenal gigih menolak lobi-lobi aktifis Zionis agar menyerahkan tanah Palestina kepada bangsa Yahudi. Selain itu, para aktivis Freemason juga mengampanyekan Turki dengan sebutan"The Sick Man in Europe" (Lelaki yang Sakit dari Eropa) sebagai upaya memojokkan pemerintahan Islam di Turki.
Kisah kegigihan Sultan Abdul Hamid dalam menolak lobi-lobi Zionis agar menyerahkan tanah Palestina diceritakan oleh Theodore Hertzl, tokoh Zionisme, dalam catatan hariannya. Alkisah, dengan ditemani oleh aktivis dan dua orang miliuner Yahudi, Dr Theodore Hertzel menemui Sultan Abdul Hamid. Kepada Sultan, Hertzel meminta agar diberi keluasan bagi orang Yahudi untuk datang berziarah dan bermukim sementara di tanah Palestina yang pada masa itu berada di bawah kekuasaan Turki. Kepada Sultan, Hertzel mengumbar janji manis dengan memberikan kompensasi yang menggiurkan jika Sultan mengabulkan permohonannya. Kompensasi itu adalah:
1. Orang-Orang Yahudi bersedia membangun armada laut kerajaan Turki untuk melindungi diri dari serangan musuh dari laut sebesar 120 Juta Frank Swiss.
2. Orang-orang Yahudi bersedia membayar hutang kerajaan Turki kepada beberapa negeri asing sebesar 132 juta poundsterling emas.
3. Orang-orang Yahudi akan memberikan bantuan hutang kepada pemerintah kerajaan Turki tanpa bunga sebesar 35 juta lira emas, untuk memulihkan kerajaan Turki dan armada lautnya, serta untuk membiayai eksploitasi sumber alam yang ada.
2. Orang-orang Yahudi bersedia membayar hutang kerajaan Turki kepada beberapa negeri asing sebesar 132 juta poundsterling emas.
3. Orang-orang Yahudi akan memberikan bantuan hutang kepada pemerintah kerajaan Turki tanpa bunga sebesar 35 juta lira emas, untuk memulihkan kerajaan Turki dan armada lautnya, serta untuk membiayai eksploitasi sumber alam yang ada.
Tawaran menggiurkan itu tak mendapat respon dari Sultan Abdul Hamid. Bahkan, konon karena marahnya, sultan sempat meludahi wajah dedengkot Zionis itu. Sebagaimana ditulis dalam catatan harian Hertzl, Sultan Abdul Hamid saat itu mengatakan, "Dr. Hertzel agar berhati-hati! Jangan teruskan langkah-langkah lebih lanjut dalam hal ini. Karena aku tidak akan pernah memberikan sejengkal pun dari tanah Palestina, karena tanah itu bukan milik pribadiku, tapi milik umat Islam yang diperoleh dengan darah dan napas mereka. Dan harta-harta orang Yahudi itu supaya disimpan saja. Hingga seandainya pada suatu hari mereka bisa merobek-robek kekuasaanku, maka saat itu mereka boleh mengambil wilayah itu. Tetapi hal itu tidak mungkin bisa mereka lakukan selagi aku masih hidup." (Dikutip dari Dr Ali Garishah, Wajah Dunia Islam Kontemporer, Pustaka Al-Kautsar, 1989, hal.97)
Kemal At-Taturk, Sang Mason dari Turki
Siapa tokoh yang berperan dalam melakukan sekularisasi di Turki pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah? Tak lain adalah Mustafa Kemal Pasha alias Kemal At-Taturk, seorang Yahudi dunamah dari Salonika. At-Taturk adalah seorang Yahudi anggota Freemason, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Yahudi ateis, yang berhasil menjadikan Turki sebagai negara sekular dan kiblat sekularisme, sebagaimana Soekarno mengidolakannya.
At-Taturk dilahirkan pada 1880 dan menunggal pada 1938. Ia berasal dari keturunan Yahudi Dunamah, yang menyembunyikan kekufurannya dan menampakkan keislamannya. Ia menamatkan pendidikan di akademi militer dan bergabung menjadi anggota Gerakan Turki Muda, sampak akhirnya berhasil meruntuhkan kekuasaan Khilafah Utsmaniyah. Kedekatan At-Taturk dengan organisasi Freemason banyak diulas dalam buku-buku yang menulis tentang dirinya. Nama At-Taturk yang berarti "Bapak Bangsa Turki" ia sematkan dibelakang namanya pada tahun 1934.
Yahudi Dunamah adalah Yahudi yang berasal dari Spanyol dan kemudian tinggal di Salonika. At-Taturk berusaha memotong mata rantai sejarah dan warisan peradaban Islam yang pada kaum muslimin Turki, dengan membuat sebuah sistem pemerintahan sekular yang jauh dari nilai-nilai Islam. Pasca runtuhnya khilafah, At-Taturk melarang adzan dalam bahasa Arab, mengubah bahasa Arab menjadi aksrara latin, melarang penggunaan simbol-simbol Islam, dan mengimpor besar-besaran budaya dan tradisi Barat. Sekularisasi yang dilakukan oleh At-Taturk anehnya dianggap oleh kelompok nasionalis sekular seperti Soekarno sebagai "re-thingking of Islam". Saat berdebat dengan A. Hassan dan M. Natsir, Soekarno begitu mengidolakan At-Taturk, yang oleh Natsir disebut sebagai "begundal Zionis."
Dalam buku Capita Selekta, M. Natsir menulis tentang hubungan At-Taturk dengan organisasi Vrijmetselaar (Freemason), yang banyak melakukan aksi-aksi pelecehan terhadap Islam. Sebagi importir budaya Barat dan gaya hidup hedonis, At-Taturk dalam setiap pesta atau pertemuan selalu menyediakan khamar dan acara dansa-dansi. Di pesta-pesta yang digelar, At-Taturk selalu mengatakan, "All civilized dance! All civilized dance!" (Ayo, semua yang merasa beradab berdansa!)
Sebelum kemerdekaan, di Indonesia perdebatan mengenai Islam dan kebangsaan menyeruak ke publik. Tokoh-tokoh Islam seperti A. Hassan, M. Natsir dan H. Agus Salim, berpolemik dengan para aktivis nasionalis sekular yang dimotori oleh Soekarno tentang dasar negara dan sistem pemerintahan bagi negara yang nantinya akan merdeka. Soekarno menjadikan sekularisme di bawah At-Taturk sebagai acuan pemerintahan, sementara tokoh-tokoh Islam dengan tegas menyatakan Islam adalah ajaran yang cukup dan cakap dalam mengatur pemerintahan. Perdebatan ini berlangsung sengit, karena masing-masing pihak berdebat secara terbuka di media massa. Belakangan terbukti, para aktivis nasionalis sekular pada masa lalu di negeri ini, tak lepas dari pengaruh Freemason dan Theosofi.
Pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki, imprealisme Barat yang berada di bawah pengaruh Zionisme Internasional mengkhawatirkan kebangkitan Islam yang diusung lewat ide "Pan-Islamisme". Itulah sebabnya, pemerintah kolonial Belanda pada masa lalu juga mewaspadai aktivis-aktivis Islam yang mempunyai jaringan ke Timur Tengah dan dunia Islam lainnya. Sehingga upaya-upaya untuk membangkitkan kembali khilafah islamiyah terus dibendung dan ditumpulkan. Bahkan hingga kini!
Pasca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah di Turki, imprealisme Barat yang berada di bawah pengaruh Zionisme Internasional mengkhawatirkan kebangkitan Islam yang diusung lewat ide "Pan-Islamisme". Itulah sebabnya, pemerintah kolonial Belanda pada masa lalu juga mewaspadai aktivis-aktivis Islam yang mempunyai jaringan ke Timur Tengah dan dunia Islam lainnya. Sehingga upaya-upaya untuk membangkitkan kembali khilafah islamiyah terus dibendung dan ditumpulkan. Bahkan hingga kini!
0 komentar
Posting Komentar